![]() ![]() ![]() ![]() |
Edisi : Jum'at, 25 Juli 2008 , Hal.1 | |
Islam dan partai politik | |
Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku,” (QS Al-Mu’minuun: 52). |
”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara,” (QS Ali ‘Imran: 103).
Dalam suatu hadis, Rasulullah SAW bersabda,”Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak boleh menganiaya, tidak boleh membiarkannya (tidak tolong-menolong) dan tidak boleh menghinanya. Takwa itu ada di sini (beliau menunjuk ke dadanya) tiga kali. Seseorang cukup menjadi jahat karena dia menghina saudaranya sesama muslim. Tiap muslim terhadap muslim lainnya haram darahnya, haram hartanya dan haram kehormatannya,” (HR Muslim juz 4, hal 1986, dari Abu Hurairah).
Dari ayat-ayat Alquran dan hadis Rasulullah SAW tersebut dapat kita pahami bahwa umat Islam akan menjadi umat yang satu, selama berpegang teguh pada agamanya, yakni agama Islam, dan akan menjadi cerai-berai kalau melepaskan pegangan agamanya dengan berpegang pada yang lain, termasuk berpegang pada partainya.
Bahkan kalau melupakan pegangan agamanya, bisa kembali seperti hidup jahiliah lagi, suka bertengkar dan bermusuh-musuhan. Saat ini musim kampanye partai politik (Parpol). Setiap partai, bahkan sesama partai Islam atau yang berbasis massa Islam, saling berebut pengaruh. Pada masa kampanye, tidak segan-segan mereka saling meremehkan, menghina, bahkan terjadi pertengkaran yang melibatkan masing-masing pendukung Parpol, walaupun mereka sama-sama muslim.
Padahal Rasulullah menjelaskan pada hadis tersebut bahwa sesama muslim haram darahnya, haram hartanya dan haram kehormatannya. Sayangnya, karena sangat cinta pada partainya, seseorang bisa melepaskan pegangan agama. Merasa partainya yang paling baik, paling bisa mengendalikan pemerintahan, lalu seseorang mengecilkan yang lain.
Kalau sudah demikian keadaannya, hati-hati, bisa terjebak jatuh pada kemusyrikan.
Perhatikan firman Allah SWT, yang artinya,”Dengan kembali bertaubat kepada-Nya, dan bertakwalah kepada-Nya, serta dirikanlah salat dan janganlah kamu termasuk orang-orang musyrik, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa partai, tiap-tiap partai merasa bangga dengan apa yang ada pada partai mereka,” (QS Ar-Ruum: 31-32).
Oleh karena itu, sebenarnyalah bahwa Islam tidak dapat dimenangkan dengan partai politik yang ada sekarang ini. Islam hanya dapat dimenangkan dengan dakwah. Maka kita giatkan aktivitas dakwah, di manapun kita berada.
Adapun saudara-saudaraku yang beraktivitas di partai politik, jangan terlalu fanatik pada partainya, seolah-olah partainya menjadi jalan hidupnya, tetapi hendaklah aturan Islam yang selalu menjadi pegangan hidup kita. Jangan sampai terjatuh pada kemusyrikan yang sangat membahayakan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua dengan pertolongan Allah SWT. Amiin ya robbal aalamiin. -
Oleh : Ustad Drs Ahmad Sukina, Ketua Umum Majlis Tafsir Alquran (MTA)



