Toko Adventure Terbaru

Rabu, 13 Agustus 2008

Dinar - Dirham Siapa yang Berhak?






Ustadz Menjawab

bersama Ust. H. Ahmad Sarwat, Lc.

Kirim Pertanyaan

Dinar - Dirham Siapa yang Berhak?

Kamis, 14 Agu 08 08:03 WIB

Kirim teman

Assalamualaykum wr.wb

Ustadz yang dimuliakan Alloh swt, sudilah kiranya menjawab pertanyaan saya. Saya sering membaca buku, artikel tentang dinar - dirham, bahkan sering mendapatkan ajakan-ajakan baik media cetak ataupun elektronik untuk kembali menggunakan dinar-dirham, dan bahkan sekarang tumbuh tempat penukaran dinar-dirham, waqala-waqala, dan sebagainya yang memang sejak lama ada.

Menurut saya itu perkembangan yang menggembirakan, namun sebagai orang awam saya (mungin saya saja) merasa ada 'gesekan' antar 'penyedia' dinar-dirham yang tercermin dari artikel yang ditulis para 'penyedia' tersebut. (Tanpa menyebut pihaknya). Ada 2 kubu yang menggunakan standar yang berbeda.

Pertanyaan saya:
1. saya dan kami yang awam jadi bingung sebenarnya bagaimana pengelolaan dinar-dirham sebenarnya?

2. mungkin tepatnya ini untuk 'penyedia' tapi mudah-mudahan ustad sudi menjawabnya, jangan-jangan dinaryangkami beli di 'penyedia' yang satu ketika akan ditukarkan tidak diterima oleh pihak yang lain, begitu sebaliknya, apakah seperti itu?

3. pertanyaan orang awam: siapakah 'penyedia' yang paling syar'i?

Terima kasih.

FS

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sebenarnya kami juga tidak paham, apa sebab adanya ketidak-samaan pendapat antara para penyedia dinar dan dirham itu. Sebab kalau mengacu kepada asal muasalnya, pada dasarnya logam dinar dan dirham itu tidak butuh penyedia.

Karena yang disebut dengan dinar itu pada hakikatnya adalah logam emas biasa, hanya saja ukuran beratnya dikemas sedemikian rupa hingga sama dan standar

Kalau ditanya siapa yang berhak untuk menyediakannya, maka jawabnya adalah Allah subhanahu wata'la. Bukan siapa-siapa. Tugas penyedia itu sederhana sekali, yaitu membuat emas itu menjadi seberat ukuran yang standar, biar mudah dijadikan alat tukar.

Allah SWTadalah Pencipta emas dan perak. Kedua unsur itu memang sudah terdapat di alam ini, telah disediakan oleh Allah. Bahkan jauh sebelum manusia diciptakan.

Dan emas serta perak telah ditetapkan oleh Sang Pencipta sebagai bagian dari harta benda milik manusia, di mana manusia memang cenderung kepada keduanya. Sebagaimana firman Allah SWT:

Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. (QS. Ali Imran: 14)

Ukuran Standar Nilai

Kalau kita kembalikan kepada hakikat dan apa yang terjadi di masa lalu dalam hal penggunaan mata uang emas, sebenarnya yang jadi ukuran atas nilai emas itu adalah beratnya (massa). Bukan tulisan yang ukirkan di atasnya. Mau ditulis angka berapa pun, tidak ada pengaruhnya. Karena yang diukur adalah beratnya.

Biasanya ukuran berat di masa kita sekarang ini menggunakan satuan gram. Sedangkan di masa Nabi SAW atau pun masa sebelumnya, ukurannya satuan yang digunakan memang bukan gram, tapi dinar dan dirham. Nilai uang satu dinar adalah emas seberat sekian gram.

Ketika para ahli fiqih di masa sekarang mengukurnya, ternyata berat uang satu dinar emas di masa Rasulullah SAW itu setara dengan 4, 25 gram.

Kalau melihat betapa sederhananya sistem uang atau alat tukar, pada dasarnya kita tidak perlu banyak ribut. Sebab sebenarnya dengan digunakannya emas dan perak sebagai alat tukar, kita pun tidak terlalu butuh para penyedia.

Juga tidak ada kaitannya dengan apakah uang itu diakui atau tidak oleh si para penyedia. Sebab yang namanya emas dan perak sudah pasti laku di mana pun di muka bumi ini.

Bahkan salah seorang dosen sejarah kami bercerita, bahwa di masa lalu setiap orang bisa saja mencetak koin emas sendiri. Dan bisa saja menggambarinya dengan wajah dirinya. Bentuknya mau bundar, kotak atau malah bolong di tengah, tidak ada bedanya. Toh yang jadi ukuran hanya beratnya, selain tentu saja keaslian emas itu sendiri.

Alhasil, para penyedia koin dinar dan dirham mau ribut-ribut, kita tidak usah pusing. Pokoknya yang disediakan itu memang benar-benar asli benda yang namanya emas atau perak, itu saja.

Di Akhirat Tetap Bertemu Emas

Tentang betapa emas itu tersedia di dunia ini, kami kita sudah tidak perlu dipermasalahkan lagi. Dan seluruh peradaban manusia sepakat, tanpa harus bermusyawarah, bahwa logam mulia yang bisa dijadikan alat tukar adalah emas dan perak.

Bahkan emas itu tetap akan kita jumpai nanti di akhirat. Baik di surga atau pun di neraka. Allah seringkali mengiming-imingi umat manusia dengan emas di surga nanti. Silahkan simak ayat-ayat berikut ini:

Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera. (QS. Al-Hajj: 23)

Surga 'Adn mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka didalamnya adalah sutera. (QS. Faathir: 33)

Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap mata dan kamu kekal di dalamnya."(QS. Az-Zukhruf: 71)

Selain di surga, ternyata penduduk neraka jahannam, kita masih juga bertemu dengan emas. Hanya emas di dalam jahannam itu bukan untuk dinikmati, melainkan justru untuk menyiksa tubuh-tubuh mereka. Emas itu dipanaskan hingga dapat menggosongkan kulit, kemudian ditempelkan di dahi dan punggung para penghuni jahannam itu.

Kita bisa bayangkan, bagai sapi-sapi yang distempel dengan besi panas, untuk menandainya. Siksaan dengan emas panas itu buat orang kaya yang pelit. Naudzubillahi min dzalik.

Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka kepada mereka, "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang apa yang kamu simpan itu." (QS. At-Taubah: 35)

Dan jangan bertanya, nanti yang menjadi penyedia emas di neraka dan surga itu siapa ya. Ya sudah jelas Allah SWT lah.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ahmad Sarwat, Lc




Related Post :